C2O Library & Collabtive

Kembali ke C2O, perpustakaan ini dibuka pada pertengahan 2008 “sambil jalan”. Dalam arti proses penataan, pembuatan katalog koleksi buku dan film, dilakukan secara bertahap. Proses menata dan membuat katalog 2.000-an buku memakan waktu sekitar 6 bulan, karena pengelolaan C2O dan pengembangan katalogisasi dlakukan kat diluar jam kerjanya, purna waktu. Kat dibantu Yuli, yang hingga saat ini masih menjaga gawang pengelolaan keanggotaan, sirkulasi, dan penjualan di meja depan C2O. Promosinya dilakukan melalui website -selain bekerja sebagai peneliti, kat otodidak full-stack web development– plus sering-sering menyebar poster, brosur, buletin newsletter bulanan, serta berkunjung ke kelompok-kelompok studi di kampus-kampus. Seiring dengan makin banyaknya penggunaan media sosial dan mobile gadget di Indonesia pada tahun-tahun berikutnya, newsletter diberhentikan dan lebih banyak mengandalkan publikasi online dan media sosial. Sekarang selain Yuli, juga ada Tini yang mengelola rumah tangga C2O. Beberapa kegiatan atau event yang diadakan saat tahun-tahun awal terbatas pada kelompok diskusi, diskusi buku, pemutaran dan diskusi film. “Film yang diputar adalah film-film langka dan susah diakses, nonton pakai televisi kecil di tengah ruangan”, kata Andriew Budiman, sekarang Visual & Graphic Director. Andriew merupakan salah satu anggota yang mendaftar pada awal C2O berdiri. “Member no. 8 kalau ga salah”, sambungnya. Namun sekarang, satu acara bisa didatangi puluhan, bahkan menembus seratus pengunjung hingga kapasitas perpustakaan mungil itu cukup penuh sesak. Pernah juga pengurus C2O mengadakan konferensi-festival desain, Design-It-Yourself, di salah satu mal di Surabaya, dan menarik setidaknya 15.000 pengunjung.

Ayorek! SUB Festival di Balai Pemuda, Surabaya (Dok. Ayorek!)

Selain Andriew, beberapa dari anggota awal akhirnya juga menjadi pengurus C2O. Namun sejak awal C2O juga membuka program relawan dan magang melalui formulir online di website-nya. Ada ratusan yang pernah mendaftar sebagai relawan, meski yang lulus “ujian” seleksi hanya segelintir. Erlin Goentoro saat ini menjabat sebagai Direktur Operasional merangkap manajer program Ayorek!, platform penelitian dan media tentang kota dengan sudut pandang Surabaya. Nadia Maya Ardiani, salah satu relawan pertama yang mendaftar, kini menangani media dan komunikasi. Nita Darsono mengelola media sosial dan penjualan online. Ari Kurniawan menjadi koordinator relawan, serta program Ayorek! Dalam dua tahun terakhir. Anitha Silvia, setelah menggagas program jalan kaki Manic Street Walkers, kini melakukan tur jalan kaki untuk wisatawan, Surabaya Johnny Walker, sebagai salah satu pemandu. Selain mereka, sejak tahun 2017 ada juga Galuh Prakastya dan Ivana Kurniawati -dua perempuan muda yang peduli pada literasi- yang ­in-charge pada bagian internal. Mereka membantu mengembangkan program perpustakaan dan sirkulasi koleksi agar semakin mudah digunakan pengunjung. Saya sendiri didapuk membantu menangani pemasangan dan perawatan piranti keras (hardware) di C2O.

Ada juga para “punggawa” C2O yang lain, yaitu ibu anak kucing Charlie dan Fifi. Dua kucing perpustakaan yang mungkin dapat menyaingi kepolpuleran pendahulunya, Dewey Readmore Books dari Perpustakaan Spencer, Iowa itu. Konon, sudah sejak lama kucing dan perpustakaan memiliki hubungan mutualisme, karena fungsi kucing mengamankan berkas-berkas kuno dari serangan tikus. Namun tampaknya Charlie dan Fifi tidak begitu tertarik menerkam tikus dan kecoak. Lebih suka berdamai dengan spesies yang berbeda, dan mencari makan dari manusia dengan berlagak imut. Meski baru-baru ini terjadi konflik intra-spesies, gara-gara kemunculan dua kucing muda jalanan baru saja menyusup masuk. Ya, namanya juga menciptakan ekosistem, penuh dinamika tentunya.

Charlie dan Fifi (Dok. C2O/Andriew Budiman)