C2O Library & Collabtive

Di bagian belakang bangunan terdapat ruang pertemuan dan galeri serbaguna, yang telah digunakan untuk berbagai kegiatan, mulai dari ruang pameran, pergelaran musik, diskusi buku, pemutaran film, lokakarya, dan lain sebagainya, Misalnya dihari Minggu pertama tiap bulan, C2O bekerjasama dengan komunitas Surabaya Sehat, usaha mikro, dan petani lokal untuk menggelar Pasar Sehat, pasar pagi dimana pengunjung dapat berbelanja sayur, buah, bahan pangan lokal, organik, sehat, alami tanpa pengawet dan perasa buatan, dengan harga terjangkau. Praktek ramah lingkungan dan pengurangan sampah digalakkan. Pengunjung didorong untuk mengurangi sampah plastik dengan membawa tas belanja dan peralatan makan sendiri. Penggunaan plastik dikenai “denda” untuk membiasakan orang lebih peduli menggunakan dan mendaur ulang yang ada.

Pasar Sehat (Dok. C2O)

Pernah juga, ruang galeri serbaguna digunakan Google untuk program App Success, dan Go-Jek yang bekerjasama dengan ruangrupa untuk program pemutaran film Go-Video. Kontribusi biaya penggunaan tidak dipukul rata, tapi disesuaikan dengan kebutuhan, kepentingan, dan kapasitas pengguna. Misalnya dalam proses aplikasi peminjaman ruang yang dilakukan secara online, pengguna ditanyakan apakah akan memasang promosi dan melakukan transaksi komersial, atau hanya sekedar ingin berbagi pengetahuan. C2O juga memberikan ruang untuk individu atau organisasi yang mengajukan kegiatan dengan dampak positif sosial atau lingkungan, untuk mengajukan keringanan atau penggratisan biaya.

Di bagian atas perpustakaan, ada ruangan co-working. Ruang serbaguna dan ruang pertemuan yang dapat di-booking secara online. Ruangan co-working ini merupakan sumber pemasukan selain dari biaya keanggotaan, sewa buku, konsinyasi titip jual produk-produk lokal macam buku, CD, zine, hingga donasi sukarela. Pemasukan inilah yang digunakan untuk membiayai operasional. C2O dikelola di bawah yayasan nirlaba, PERINTIS (Pendidikan Rangkai Informasi & Teknologi Swadaya). Ini berarti pemasukan C2O tidak ada yang masuk ke kantong laba pribadi pemegang saham, tetapi sepenuhnya digunakan untuk operasional perpustakaan, programnya, dan pekerjanya. Namun tidak ada pendonor ataun sponsor besar di belakang C2O. Adapun dana hibah dari donor atau sponsor hanya digunakan untuk projek penelitian atau kesenian jangka pendek (6-24 bulan) di luar operasional sehari-hari. Rincian jumlah, waktu, serta liputan media mengenai C2O dapat dilihat di website-nya.

Karena C2O juga berfungsi sebagai ruang kerja bersama atau co-working, ada juga pengunjung langganan atau penghuni tetap. Andriew dan Ari menjalankan studio desain Butawarna, berbagi kantor dengan C2O. Redo Nomadore dan Sally dengan studio kreatif Hinterhov-nya di ruang belakang. Adhiel Albatati, bassist band alternatif Hi Mom! yang juga meneliti kampung dan sejarah Arab di Surabaya. Yogi Ishabib yang aktif di koperasi riset Purusha dan menjalankan usaha kain tenun Tuban untuk diolah menjadi filter kopi. Tentunya, selain pengunjung langganan dan penghuni tetap ini, ada banyak pengunjung lainnya yang menggunakan C2O untuk belajar dan/atau bekerja. Ada akuntan, ibu rumah tangga, anak-anak, mahasiswa, dokter, desainer, arsitek, musisi, sebagai buruh atau wiraswasta, ataupun keduanya, dan lain sebagainya. Dengan menghargai berbagai latar belakang ekonomi, agama, etnis, gender, dan kepercayaan.

Segala variasi pengunjung dan kegiatan yang diselenggarakan ini pada akhirnya berkaitan dengan misi awal C2O. Yaitu menciptakan ruang, alat dan materi bagi manusia (dan bukan-manusia) untuk belajar, bekerja, berkarya, dan berinteraksi dengan beragam komunitas dan lingkungan sekitarnya, berlandaskan pikiran dan tindakan yang terbuka dan kritis. Belajar memahami lingkungan sekitarnya serta berinteraksi dengan orang dari latar belakang dan kepercayaan yang berbeda. Misi ini juga ditetapkan karena melihat peningkatan jumlah pekerja dan sektor “kreatif” yang fleksibel, dinamis, dan penuh ketidakpastian. Belum lagi kegagalan sistem pendidikan formal dalam mempersiapkan perangkat pengetahuan -bukan hanya dalam hal “literasi”, “berhitung”, kemampuan teknis seperti “coding”, tapi juga dalam memahami sejarah- dan kemampuan untuk menghadapi dunia kerja dan teknologi masa kini.