Nonton Film Abbas Kiarostami di Ramadhan 2017 (1438 H)

In Middle East, but not Middle East” mungkin adalah kata yang pantas disematkan pada dunia sinema Iran. Diantara film produksi negara-negara Timur Tengah, film Iran banyak mendapat perhatian penonton dan penghargaan internasional. Diantaranya Taste of Cherry (1997) karya Abbas Kiarostami yang meraih Golden Palm di Cannes Film FestivalA Separation (2011) dan The Salesman (2017) karya Asghar Farhadi yang meraih Best Foreign Language Film.

Sekedar catatan, Abbas Kiarostami adalah figur penting dalam pergerakan sinema Iran atau Iranian New Wave. Abbas meninggal di Paris pada 4 Juli 2016 atau 29 Ramadhan 1437 H. Tepat pada penghujung bulan puasa tahun lalu.

Dalam Ramadhan 2017 ini, Sinema Intensif pada Sabtu, 17 Juni  menyelenggarakan program rutin pemutaran film dan diskusi dengan tema Haul Abbas. Film yang ditayangkan di Ruang Halle, Wisma Jerman, Jl. TAIS Nasution 15, Surabaya adalah The Wind Will Carry Us (1999) dan Close Up (1990). Menurut Yogi Ishabib, Juru Program Acara, dua film unik tersebut termasuk jarang ditayangkan walau mampu menjadi representasi dari karya Abbas Kiarostami.

Sesi diskusi usai pemutaran The Wind Will Carry Us dan Close Up di Ruang Halle, Wisma Jerman, Surabaya pada 17 Juni 2017. Tampak Yogi Ishabib, Juru Program Acara sedang menjawab pertanyaan dari peserta.

Film Bad Ma Ra Khahad Bord atau The Wind Will Carry Us (1999)

The Wind Will Carry Us menceritakan tokoh Behzad (diperankan oleh Behzad Dorani), engineer dari Teheran yang melakukan dokumentasi proses kematian Malek, wanita tua berumur lebih dari 100 tahun yang sedang sekarat di Shiah Dareh. Di desa tersebut, Behzad kesulitan menerima telepon dari orang yang memberinya tugas. Ia harus berkendara menuju bukit untuk mendapatkan sinyal telepon genggamnya.

Keunikan film iniadalah banyaknya long shoot yang menampilkan lansekap Shiah Dareh. Diperlihatkan bentuk rumah yang letaknya lebih tinggi dari jalan utama, dan terdapat jalan antar satu rumah dengan rumah lain yang saling terhubung tanpa harus turun ke jalan utama. Juga beberapa tokoh yang hingga film selesai tidak diperlihatkan wajahnya, seperti Malek, rekan kerja Behzad, wanita yang memberi tugas dokumentasi, hingga si penggali kubur di satu bukit dengan sinyal telepon paling stabil.

Film Nema-ye Nazdik atau Close Up (1990)

Sedangkan Close Up yang diputar pada sesi dua adalah film (fiksi bergaya dokumenter?) yang menceritakan proses penangkapan dan pengadilan Hossain Sabzian yang melakukan penipuan dengan cara menyamar sebagai Mohsen Makhmalbaf, salah satu sutradara film populer Iran. Dalam Close Up, Abbas Kiarostami juga tampil sebagai aktor. Pada sesi diskusi, Yogi menyebutkan bahwa Close Up memiliki gaya metasinema yang mencampurbaurkan antara fiksi dan nyata.

Baik The Wind Will Carry Us dan Close Up menunjukkan bahwa Abbas Kiarostami merupakan sosok sutradara kreatif yang karya-karyanya sangat terbuka terhadap ragam interpretasi dari penonton-penontonnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *